Aku berusia tujuh belas tahun
diakhir bulan juni kemarin, ketika kasih membuka mataku dengan berkas sinarnya
yang ajaib dan menyentuh rohku untuk pertama kalinya dengan jemari-jemarinya
yang berkobar-kobar. Seseorang telah membangkitkan rohku dengan kesederhanaanya. Dialah yang mengajariku untuk menyembah
keindahan dengan rahasia kasih sayangnya. Dialah yang pertama kalinya
menyanyikan bagiku puisi kehidupan nyata.
Aku demikian terpaku pada pikiran serta lamunanku dan berusaha memahami
makna alam dan kasih yang berbisik ditelingaku. Malam berlalu menyanyikan
bul-bul itu kedalam lamanya tidur sang mentari . Angin menyerakan daun-daun
bunga mawar , tidak ada satupun yang tersisa.
Seperti hilang tanpa makna. Apakah kita terbang cepat menuju
bintang-bintang hingga sayap-sayap kita letih dan apakah sekarang ini kita
jatuh kedalam jurang tak berdasar? Atau apakah kasih tertidur ketika datang
kepada kita dan apakah setelah terjaga dia memutuskan untuk marah dan menghukum
kita? Atau apakah roh kita mengubah hembusan angin malam menjadi angin kencang
yang mencabik-cabik kita seperti debu kedalam lembah?. Hati seorang wanita
takkan pernah berubah dengan berlalunya waktu atau musim, seandainyapun dia
telah mati sia-sia, dan meninggalkanmu selamanya. Ia tidak akan binasa. Hati
seorang wanita seperti ladang yang diubah menjadi medan pertempuran setelah
pepohonanya dicabut hingga keakar-akarnya. Aku yakin engkau mendengar bisikan
sayapku didalam keheningan malam. Aku ingin engkau mengasihiku seperti seorang
pujangga mengasihi pikiran penuh dukanya hawa. Aku akan mengenangmu seperti
orang asing yang mengenang negeri tercintanya. Aku.. aku akan mengenangmu
seperti seorang penabur mengenang bekas gandum
dan seperti seorang gembala yang mengenang dataran tinggi berumput hijau
dan sungai-sungai yang manis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar