“KEBODOHAN DIMASA LALU”
Hatiku
tiba-tiba berdesir lirih saat salah seorang temanku mengatakan sesuatu hal yang
membuat jantung dan urat nadiku seakan tak berdetak, isyaratnya mengatakan
bahwa semua hal yang ada pada diriku
dimasa lampau seolah-olah adalah hal terhina yang pernah aku lakukan. Aku tertawa
mendengarnya layaknya sedang mendengar lelucon pada sebuah acara televisi. Kiranya menutupi aku terhentak seketika ,
semua itu adalah pukulan keras bagiku. Ternyata sebuah hal yang menjadi tonggak
dari senyumanku selama ini adalah sebuah kesan yang mereka anggap sebagai hal
yang tidak tau malu,senonoh,atau bahkan kurang ajar, entahlah..., apasalahnya
jika aku mengikuti kata hatiku untuk sekiranya mengikuti alur dimana aku
menemukan kebahagiaaanku. Aku memang jatuh cinta dengan si mata sayu itu, apa
salah? Apakah cuma aku perempuan tunggal yang tidak boleh jatuh cinta?. “Sudahlah
itu masa lalu” tawa renyahnya menyadarkan lamunanku. Aku hanya mengutarakan
senyuman kepadanya. Ah !! Mengapa seolah-olah dia seperti seorang pemukul, sama
sekali tidak menghargai perasaanku yang juga seorang perempuan sepertinya. Perasaanku
benar-benar terhenyak, omongan itu telah meracuni fikiranku, padahal bukan dia
yang berkata seperti itu tapi sama saja, dia adalah orang yang menyampaikanya
kepadaku. Aku seakan ingin terus menyalahkan diriku sendiri mengapa saat itu aku harus jatuh cinta dengan
laki-laki yang sama sekali tidak mencintaiku. Tapi bukankah itu sebuah anugerah
dari tuhan kepada hambanya? Entahlah. Yang
aku fikirkan sekarang adalah mencintainya sebagai kesalahan terbesarku. Mereka sedang
asyik meneguk minuman yang aku siapkan sedari tadi. “ jangan suka menebar
perasaan dijejaring sosial ,ingatlah semua itu pasti ada batasanya...”. salah
satu seorang temanku menyambung pembicaraan tadi. “ah... asal kalian tau aku
tidak segila itu,”. Aku mengambil segenggam popcorn dan mengenai seluruh wajah
teman-temanku. Aku masih saja tertawa, ucapanku itu hanya sebuah intermezzo dan
bagi mereka ucapanku adalah sebuah lelucon. Kita memang sedang bercanda meski
tujuan yang sebenarnya adalah untuk mengerjakan tugas. “jadi menurut kalian aku
salah?” gumamku lirih. Mereka masih saja menertawakanku dengan mulut yang masih
penuh dengan popcorn. Sial !! mereka tidak menjawab pertanyaanku, padahal aku
ingin tau dimasa sebenarnya titik kesalahanku. Tapi apahal yang sekarang harus
aku takuti, mereka semua yang mereka katakan sebagai waktu yang aku sia-siakan sudah
hilang dari pandanganku sekarang. Namanya pun satu persatu telah berhasil aku
hapus dari otakku. Mereka adalah monster berwujud malaikat. Laki-laki itu sudah
mendapatkan balasanya dan perempuan yang dulu membencikupun sudah sama sekali
tidak berarti dimataku. Perempuan itu yang mereka sebut sainganku sebenarnya
adalah seseorang yang bisa diartikan sebagai seseorang yang kurang kasih
sayang, atau bahkan iri dengan kebahagiaan orang lain atau apalah aku tidak
ingin mengartikan itu semua. Meskipun perempuan itu benar-benar tulus
mencintainya seperti aku mencintainya
tapi aku dan dia hanya mendapatkan kekosongan. Aku kenyang dengan kekosongan
yang mereka bilang sebagai harapan yang sia-sia. Setidaknya aku telah berjuang
hingga ahirnya aku melupakan cerita itu, dimana aku jatuh cinta,dimana aku
menemukan arti kebahagiaan semu, dimana aku mengerti bagaimana perjuangan cinta
yang sesungguhnya, dan dimana aku mengerti apa itu kebodohan dan berusaha
mengerti takdir tuhan. Sekarang aku telah berhenti dari media sosial-ku, semua
itu karena nasihat dari orang-orang yang mencintaiku dengan tulus, yang dulu
aku anggap sebagai omong kosong karena dulu aku lebih mengikuti kata hatiku
tanpa memikirkan response dari orang lain. “sudahlah... cinta tak akan
kemana-mana” senggol teman disebelahku. “hey... kau menggodaku lagi tan?”. Aku menggelitiki
seluruh tubuh tania, dan pembicaraan mengenai masa lalukupun terbias oleh tawa
renyah teman-teman disekelilingku.
“end”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar