Di halaman depan sebuah rumah, ada 2 anak sedang bermain bersama, diselingi canda tawa mereka.
“Hey Daniel, beli es krim yuk. Aku sudah bosan main, nih.”
“Hm, baiklah. Lagi pula, aku juga sudah bosan.”
Sebelum membeli es krim, awan yang cerah berganti menjadi awan yang mendung. Dan seketika itu, tetesan air dari langit jatuh ke bumi. Atau kita sering menyebutnya hujan.
“Narshaaa… Ayo kita lari! Masuk rumahku!”
“Iyaaa…”
Kedua anak itu berlari ke rumah Daniel.
“Hufft… Untung kita nggak basah kuyup banget. Iya kan Narsha?”
Daniel melihat sahabatnya menggigil kedinginan. Rupanya ia basah kuyup.
“Aduh, kasihan banget Narsha! Sebentar ya? Pokoknya kamu disini terus!”
Narsha hanya mengangguk pelan.
Tak lama kemudian, Daniel membawakan Narsha pakaiannya.
“Nih, cepat ganti pakai ini. Biar kamu nggak sakit! Cepat ke kamarku.”
Setelah berganti pakaian, Daniel mendatangi Narsha.
“Makasih ya, pakaiannya. Pokoknya makasih banget! Kamu baik banget deh.”
“Kan aku sahabatmu. Kita kan harus saling membantu, Narsha! Ah, ini teh susu kesukaanmu. Aku bikinin spesial buat kamu lho. Jadi, diminum ya. Maaf… kalau gak enak!”
“Wuaahh… Makasih, Niel. Kamu itu sahabat paling baik seduniaaa!”
“Narsha juga sahabatku yang paling baik seduniaaa!”
Kedua anak itu tertawa di bawah guyuran hujan, hingga langit tersenyum, dengan pelanginya yang amat indah menghias angkasa biru.
“Niel! Daniel! Lihat! Ada pelangi, hujannya reda!”
“Iya… Ah ayo keluar! Indah banget deh…”
Mereka segera keluar dan berlari-lari sambil tertawa riang, di bawah langit yang seketika cerah.
—
Narsha tersadar dari lamunannya 7 tahun yang lalu. Kini Narsha dan Daniel sudah berumur 14 tahun. Mereka duduk di bangku SMP kelas 2, apalagi sekelas. Narsha dan Daniel masih bersahabat. Mereka sering belajar, les, bermain bersama-sama. Semua ini memang tidak terasa.
“Hoy! Jangan bengong terus! Nanti kesambet lho.”
“Niel, aku ini nggak bengong.”
“Hah? Kayak gitu bukan bengong? Teori mana? Kok aku baru dengar ya?”
“Daniel!!!” memukul pelan
“Ehh… apaan sih kamu nih. Week..”
Mereka malah saling kejar-kejaran. Sampai-sampai semua yang ada disitu ikut gemas.
“Daniel.. Hh, udah dong! Aku udah capek!”
“Mulai lelah… Mulai lelah… Eh, auu! Narsha!” Narsha mencubit pipi Daniel
“Kapok belum? Kurang sakit kah? Eh, kamu nggak basket nih?”
“Oh iya! Huu… gara-gara kamu, aku jadi telat deh!”
“DL! Derita Lo! Hahahaha…” Dan Daniel hanya pergi dengan cuek. Pura-pura tidak dengar
Hari demi hari, Daniel jarang bermain lagi dengan Narsha. Apalagi, mereka jarang pulang bersama, karena Daniel sibuk bermain dengan tim basketnya, Ricky dan lainnya, ditambah selalu pulang terlambat. Bahkan SMS jarang dibalas.
“Huuh, sekarang Daniel lebih suka main sama tim basketnya ketimbang aku.” sedih
Ia mengambil kaus milik Daniel. Ia masih menyimpannya, masih bersih. Itu pinjaman Daniel saat Narsha kedinginan kehujanan. Narsha memeluk kaus itu.
Esoknya di kelas…
“Daniel… Aku mau bicara sama kamu sebentar.”
“Hah? Apa Narsha? Em, maaf nanti pulang sekolah aja. Oh, SMS aja deh. Aku sibuk nih! Maaf yah, bye!”
Narsha hanya terdiam sendirian. Lama kelamaan ia jengkel dan selalu kesepian. Karena, setiap Narsha ingin mengobrol bersama Daniel, Daniel selalu menundanya.
Narsha kini menghabiskan waktunya sendirian, dan makin menjauh dengan Daniel.
“Hiks, mungkin dia lebih suka dengan Ricky, daripada sama aku, sahabat lamanya…” bergumam sedih
Kini bulan Desember. Saat pulang sekolah, Narsha terjebak di tengan hujan, di tengah perjalanannya menuju rumah, dan ia lupa membawa payung. Ia segera mencari tempat berteduh.
“Huuh… Aku lupa bawa payung. Hujannya deras sekali.” menggumam
Dan saat itulah, Narsha teringat masa lalunya bersama Daniel, tepat di tengah hujan. Sayang, kini Daniel tak bersamanya, justru ia yang dilupakan. Ia menggigil kedinginan.
“Daniel kamu memang melupakanku! Kamu udah lupa sama aku! Lupakan saja aku, bermainlah dengan teman barumu!!! Aku kecewa!” berteriak
Narsha menangis, tiba-tiba…
“Kenapa sendirian?”
“Daniel!!! Kamu kemana saja? Hingga melupakan sahabat lamamu ini?” sambil terisak
Daniel terdiam. Ia mengeluarkan sebuah boneka dari botol kecil bekas, boneka sinterklas buatan Narsha. Yang sebenarnya Narsha taruh di laci Daniel. Namun, sengaja tak diberi nama.
“Ini. Aku senang mendapatkannya. Aku tau siapa yang membuatnya.”
Narsha terkejut “Memangnya dari siapa?”
“Dia yang suka membuat hiasan bergelombang. Ya kamu itu!” tersenyum
“Maaf, aku sempat tak memperhatikanmu. Aku nggak ada maksud. Aku tau aku salah, dan kamu kesepian. Tapi, anggap ini sebagai saksi janjiku nggak lupain kamu lagi.”
Daniel memasang syal merah ke Narsha.
“Dingin kan? Ini balasan buat kamu, sudah kasih aku boneka sinterklasnya.”
“Kamu sahabatku terbaik seduniaaa!”
“Kamu sahabatku terbaik seduniaaa!”
Mereka tertawa, dan kejadian itu terulang lagi. Langit pun ikut tersenyum dengan pelanginya yang indah tiada duanya.
Daniel memasang boneka sinterklasnya di pohon natalnya dan esok harinya terkejut boneka buatannya terpajang, tentunya Narsha memakai syal merah pemberian Daniel! Mereka pun tersenyum haru.
Cerpen Karangan: Dorotea Adriana Arya Putri
Facebook: Dorotea Adriana
Hai, kenalkan! Panggilanku Tea.
Umur 13 tahun, sekolah di SMPN 15 Yogyakarta, kelas 8.
Hobi baca buku, mendengarkan lagu.
Paling suka yang namanya K-POP n Manga Jepang dan kebudayaan Korea dan Jepang. ^^
Ada yang punya hobi sama? :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar