Tak ada suara, ketika lonceng di pinggir pelabuhan berdenting tiga kali,
tak ada suara dari seberang ponsel miliknya. Entah kali ke berapa dia
mencoba menunggu sebuah sms darinya maka jika penantian itu bisa tetap
tegak sampai SEKARANG, jangan salahkan KESETIAAN. Ketika lonceng milik
kapal itu mendarat pada serbang pulau Belitung, dia tak pernah tahu,
hanya pijar bola di angkasa yang beralih dari biduk ke orion, dia tak
pernah tahu jika kepercayaannya dicacati begitu saja. Tak akan ada
fitnah jika sekiranya dia tak tinggal diam, tapi sebenarnya dia mengalah
ketika lelaki pembawa lonceng ke sebrang Belitung itu membawa pula
wanita lain, ah!
"Ku katakan jangan ungkit hal itu lagi! Terlalu sakit aku mengingat
wajahnya dan wajahmu!" Dia memaki dalam kamar sempitnya pada foto kusam
peninggalan lelaki yang menjanjikannya kesetiaan itu.
"Kau! Terlalu tega jika kau tak mengerti bagaimana rasanya
terjatuh-bersama-kemudian kita bangkit-bersama pula-. Tapi kau berdiri
dan berlari, bukan denganku, kau genggam tangan wanita lain, aku tak
tahu apa yang ada di pikiranmu saat itu!"
Kenapa jika dia sekarang memilih berhenti mencintai lelaki? Karena
lelaki-nya lah yang membuat dia trauma. Dia merindukan sentuhan hangat
itu, ketika tangannya menyentuh telapaknya menghangatkan kembali cinta
yang membeku, tatapan magis mata sayunya, ah dia kembali rindu pada
dirinya. Tapi dia sadar, semua telah berakhir kini, tak akan ada kata
'mulai' untuk mereka, karena seseorang rupanya telah lama bermain
diantara mereka.
Namun, malam itu sekali lagi bunyi lonceng menggema pada dinding
rumahnya, denting yang tak pernah dia lupakan esok dan esoknya.
Seseorang yang tak pernah dia inginkan datang, namun berbeda takdir
Tuhan: Wanita-lelakinya ke rumahnya
Unknown
DeveloperCras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar